Penjelasan Lengkap Tentang Rumah Adat Jambi (Sejarah, Struktur, Fungsi)

Rumah Adat Jambi – Jambi adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Sumatera. Jambi mulai terbentuk sejak abad ke-18, tepatnya setelah munculnya kerajaan Melayu Jambi di tepi sungai Batanghari. Dari segi budaya, masyarakat Jambi yang notabene sebagian besar berasal dari Melayu memiliki keunikan. Salah satu ikon budaya yang unik adalah rumah adat Jambi yang disebut rumah adat Kajang Leko.

Rumah Adat Jambi - Jembatan Aur Duri
Rumah Adat Jambi – Jembatan Aur Duri

Daftar Isi

Tentang Provinsi Jambi

Terletak di pantai timur pulau Sumatra, kota Jambi adalah ibu kota provinsi yang menyandang nama yang sama, yaitu: provinsi Jambi. Kota Jambi dibelah oleh sungai Batanghari yang panjang dan lebar. Sungai tersebut memiliki sumber di jajaran Bukit Barisan di dataran tinggi Minangkabau di Sumatra Barat dekat Danau Singkarak.

Sungai Batanghari mengalir keluar di Selat Berhala di pantai timur Sumatra. Mengalir total panjang 1.700 km, Batanghari adalah sungai terpanjang di Sumatera. Kota Jambi terletak di kedua sisi sungai dengan Jembatan Aur Duri yang membentang di dua bagian kota yang terletak di muara Batanghari. Peninggalan arkeologis di situs Muaro Jambi yang luas, juga membuktikan bahwa pada abad ke-7 hingga ke-8, Jambi adalah pusat pembelajaran agama Buddha. Setelah jatuhnya istana kerajaan Sriwijaya di Palembang – sekarang di provinsi Sumatra Selatan – pada abad ke-11, kursi Sriwijaya dipindahkan ke Jambi, di mana ia berkembang hingga abad ke-13.

Rumah Adat Jambi - Kota Jambi
Rumah Adat Jambi – Kota Jambi

Rumah Adat Jambi

Pada kesempatan ini admin akan membagikan beberapa informasi tentang rumah adat Jambi. Bagi Anda yang ingin tahu betapa uniknya rumah yang disebut Panggung Kajang Leko ini, anda bisa membaca artikel yang sudah admin siapkan di bawah ini.

Sejarah Rumah Kajang Leko Sebagai Rumah Adat Jambi

Rumah Panggung Kajang Leko atau yang biasa disebut rumah Kajang Leko adalah desain hunian yang sudah ditetapkan sebagai rumah adat Jambi setelah melalui proses pencarian yang panjang. Sekitar tahun 70-an, Pemerintah berencana untuk membangun TMII dan meminta setiap provinsi untuk menyerahkan desain ikon budayanya sendiri. Gubernur Jambi pada waktu itu kemudian mencoba menemukan salah satu dari banyak desain rumah adat di Jambi untuk ditetapkan sebagai ikon rumah adat Jambi. Pencarian dilakukan dengan kontes bernama “Sepucuk Jambi Sembilan Rumah” kemudian menemukan rumah adat Kajang Leko sebagai rumah desain tertua di Jambi.

Rumah Adat Jambi - Kajang Leko
Rumah Adat Jambi – Kajang Leko

Struktur Rumah Adat Jambi

Struktur Rumah Adat Kajang Leko sendiri adalah rumah panggung yang dikonsep dari arsitektur Marga Bathin. Jika kita melihat dari atas, Rumah Adat Jambi ini memiliki bentuk persegi panjang dengan luas sekitar 12 x 9 meter. Berdiri karena didukung oleh 30 pilar besar yang terdiri dari 24 pilar utama dan 6 pilar tambahan.

Karena itu adalah rumah panggung, ia dilengkapi dengan tangga sebagai pintu masuk untuk naik ke atas rumah. Rumah adat Jambi memiliki 2 tangga, satu di sebelah kanan sebagai tangga utama, dan yang lainnya disebut tangga penteh.

Untuk atapnya, konstruksi rumah adat Kajang Leko dikatakan memiliki keunikan tersendiri. Atapnya dinamai “Gajah Mabuk”, sesuai dengan kisah nama desainernya. Bubungan atap Gajah Mabuk akan terlihat seperti perahu dengan puncak melengkung. Kurva disebut jerambah atau lipat kajang.

Sedangkan untuk plafon, ada bahan yang disebut Layar pencar. Layar pencar adalah semacam langit-langit yang memisahkan ruang loteng dengan ruangan di bawahnya. Ruang loteng sering digunakan sebagai ruang penyimpanan, oleh karena itu di rumah adat ini ada tangga patetah yang digunakan untuk naik ke ruang loteng.

Fungsi Ruangan Rumah Adat Jambi

Meskipun sekarang rumah adat Kajang Leko berperan sebagai identitas budaya Jambi di kancah nasional, sebenarnya sejak masa lalu rumah adat Jambi juga berfungsi sebagai tempat tinggal bagi masyarakat. Kini, untuk mendukung fungsinya sebagai tempat tinggal, rumah Kajang Leko juga dibagi menjadi beberapa kamar dengan kegunaan masing-masing. Kamar-kamar termasuk:

a. Ruang Pelamban.

Kamar ini terletak di sebelah kiri bangunan. Strukturnya secara khusus terbuat dari bambu yang telah diawetkan dan diatur sedemikan rupa sehingga air mudah mengalir. Sesuai namanya, ruang pelamban berfungsi sebagai ruang tunggu untuk tamu yang datang tetapi belum diizinkan memasuki rumah.

b. Ruang Gaho.

Kamar ini juga terletak di sisi kiri bangunan tetapi dengan posisi memanjang. Ruang Gaho berfungsi sebagai tempat menyimpan barang, persediaan makanan, serta dapur. Di ruangan ini kita bisa menemukan motif ikan berukir di dinding.

c. Ruang Masinding.

Kamar ini terletak di bagian depan rumah dan berfungsi sebagai tempat mengadakan musyawarah atau untuk pesta. Karena fungsi ini, ruang masiding cukup besar. Di dinding kita juga bisa menemukan ukiran dengan berbagai motif seperti motif tanjung, sinar manggis, motif bungo oranye di luar bagian atas pintu.

d. Ruang Tengah.

Kamar ini terletak di tengah-tengah rumah dan sebenarnya tidak terpisah dari ruang masinding. Saat berpesta, wanita biasanya menempati ruangan ini.

e. Ruang Balik Menalam atau ruang dalam.

Kamar ini dibagi menjadi beberapa kamar untuk kamar tidur anak perempuan, ruang makan, dan kamar tidur orang tua. Para tamu tidak diizinkan memasuki kamar ini.

f. Ruang Balik Malintang.

Kamar ini terletak di sebelah kanan rumah yang menghadap ke ruang tamu dan ruang pertemuan. Lantai ruangan ini dibuat lebih tinggi dari ruangan lainnya.

g. Ruang Bauman.

Kamar ini tidak memiliki dinding dan lantai. Ini hanya digunakan untuk memasak ketika ada festival, atau kegiatan lainnya.

Ukiran dan Dekorasi Rumah Adat Kajang

Rumah adat Jambi Kajang Leko memiliki banyak ukiran yang sangat indah di dindingnya dengan berbagai motif. Motif yang digunakan adalah motif flora dan fauna.

Ada sejumlah motif flora di Kajang Leko, yaitu motif bungo tanjung, manggis dan jeruk bungo. Biasanya, motif tung bungo diukir di depan tumbuk sementara motif bungo oranye diukir di luar pintu masuk atau bangku dan juga di atas pintu.

Penggunaan motif flora ini melambangkan peran penting hutan dalam kehidupan masyarakat Jambi. Selain itu, juga menunjukkan bahwa di Jambi ada banyak tanaman. Untuk membuatnya terlihat lebih menarik dan hidup, motif flora biasanya dibuat dalam bermacam-macam warna.

Kemudian, untuk motif fauna, biasanya dalam bentuk motif ikan yang menyerupai bentuk daun yang dilengkapi dengan sisik ikan. Umumnya, motif ini tidak dibuat berwarna dan diukir di bendo gaho dan juga malintang. Motif ikan ini melambangkan bahwa masyarakat Jambi adalah komunitas nelayan.

Rumah Adat Jambi - Motif Bungo Tanjung dan Bungo Jeruk
Rumah Adat Jambi – Motif Bungo Tanjung dan Bungo Jeruk

Karakteristik Khas dan Nilai-Nilai Filsafat

Jika kita memperhatikan bentuk rumah adat Jambi, kita akan dapat menemukan beberapa karakteristik yang unik untuk desain rumah adat ini dibandingkan dengan desain rumah adat Indonesia dari provinsi lain. Karakteristik rumah adat Kajang Leko meliputi:

Rumah terstruktur di atas panggung tetapi memiliki 2 tangga.
Bentuk atap seperti perahu dengan cabang melengkung dan saling bertemu.
Memiliki banyak ukiran di dinding dengan berbagai motif. Motif ikan berukir melambangkan bahwa komunitas Melayu adalah komunitas nelayan, sedangkan motif flora seperti motif buah, bunga dan daun melambangkan peran penting hutan dalam kehidupan masyarakat Melayu Jambi.

Rumah Adat Jambi - Kajang Lako
Rumah Adat Jambi – Kajang Lako

Nah, itulah deskripsi singkat kami tentang rumah adat Jambi dengan gambar, sejarah, filosofi, dan penjelasannya. Semoga ini bisa menjadi referensi bagi kita untuk mengenal budaya masyarakat Melayu Jambi dan mulai melestarikannya. Jika artikel yang menjelaskan rumah adat Kajang Leko ini bermanfaat, silakan bagikan. Jangan lupa membaca artikel kami tentang rumah adat Sumatera Selatan.

Leave a Comment