Rumah adat Betawi – Suku Betawi adalah suku tempat sebagian besar penduduk tinggal di DKI Jakarta. Penduduk asli Betawi menduduki Batavia sejak abad ke-17. Di masa lalu, hampir semua penduduk asli Jakarta yang tinggal di Betawi memiliki rumah dengan bentuk yang sama. Banyak orang menyebut rumah adat Betawi sebagai Rumah Kebaya karena jika dilihat dari samping, atap rumah menyerupai pelana yang terlipat dan, bila dilihat dari samping, lipatannya berbentuk seperti lipatan kebaya.
Namun seiring berjalannya waktu, arus urbanisasi di Jakarta menjadi semakin tak terbendung. Sehingga budaya lokal Betawi sebagai suku asli semakin terkikis. Anda bisa melihatnya dari rumah-rumah yang dibangun di Jakarta, yang jarang menggunakan rumah adat Betawi. Bahkan, hampir semua rumah di Jakarta telah menggunakan konsep rumah modern dan minimalis.
Suku Betawi memiliki ciri khas dengan dialek yang khas. Betawi terkenal dengan Gambang Kromong-nya yang merupakan campuran unsur-unsur musik Cina dengan sentuhan Rebana yang merupakan tradisi musik Timur Tengah. Selain itu, ada juga seni Keroncong, Tanjidor, Lenong, Tari Topeng Betawi, Ondel-ondel, Yapong, dll. Yang menambah hasanah kekayaan budaya bangsa. Berbicara tentang Betawi jelas tidak lepas dari kisah Si Pitung, Si Jampang dan Nyai Dasima yang sangat legendaris. Selain seni dan cerita rakyat, Betawi juga memiliki bentuk khas rumah adat Betawi.
Pada dasarnya suku Betawi memiliki 4 jenis rumah adat Betawi, yaitu Rumah Kebaya, Rumah Joglo, Rumah Gudang dan Rumah Panggung Betawi. Di bawah ini adalah penjelasan dari setiap rumah adat Betawi tersebut:
Daftar Isi
Rumah Kebaya
Meskipun ada berbagai jenis rumah adat Betawi, tetapi yang resmi terdaftar sebagai rumah adat Betawi adalah Rumah Kebaya. Pada zaman kuno, jenis rumah ini umumnya dimiliki oleh mereka yang termasuk dalam kelas orang yang dihormati.
Rumah adat Betawi atapnya menggunakan genteng berbahan tanah liat. Beberapa terbuat dari daun atep atau daun yang dianyam. Atap rumah memiliki bentuk pelana yang dilipat atau lipatan kebaya jika dilihat dari samping.
Varian lain adalah dalam bentuk sadel kuda dengan aliran air berada di samping. Dan biasanya bentuk atap untuk bagian teras lebih landai.
Sedangkan dindingnya terbuat dari kayu nangka atau kayu gowok dengan warna cat yang cerah, seperti kuning atau hijau.
Pintu-pintu Rumah Kebaya memiliki dimensi yang relatif besar dengan lubang ventilasi yang akan meningkatkan sirkulasi udara di dalam rumah. Sedangkan untuk fondasinya menggunakan susunan batu kali dan bata untuk menyusun bagian dinding.
Terdapat beberapa makna filosofis bangunan Rumah Adat Kebaya, termasuk keberadaan teras besar dengan kursi sebagai simbol yang bermakna bahwa orang Betawi selalu terbuka dan menghormati siapa pun yang datang.
Teras besar juga menggambarkan sifat kekeluargaan, keramahan dan semangat untuk selalu menjaga harmoni dengan tetangga dan kerabat. Pada zaman kuno keluarga Betawi memiliki kecenderungan untuk hidup berdekatan, sehingga teras juga berfungsi sebagai tempat pertemuan di waktu luang.
Meski ada teras besar, rumah tradisional ini juga dilengkapi dengan pagar yang mengelilingi rumah. Ini dapat ditafsirkan bahwa walaupun orang Betawi terbuka akan tetapi memiliki batasan, sehingga mereka dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik berdasarkan pada nilai-nilai agama.
Filosofi Rumah Adat Betawi
Setiap bentuk rumah adat Betawi memiliki fungsi yang berbeda. Dan sekali lagi, setiap sisi rumah Kebaya memiliki filosofi dan makna yang mendalam sebagai berikut:
Teras
Salah satu fitur terpenting dari rumah Kebaya adalah teras besar. Biasanya ada meja dan kursi di teras untuk bersantai bersama keluarga atau sekadar menerima tamu. Teras besar memiliki nilai filosofis. Ruang teras berarti bahwa Betawi selalu terbuka dan selalu menghormati setiap tamu yang datang tanpa diskriminasi.
Teras dan eksterior rumah dipisahkan oleh pagar kayu. Artinya, bahkan jika orang Betawi terbuka untuk siapa pun, mereka masih memiliki batasan. Mereka dapat membedakan antara hal-hal positif dan negatif.
Pangkeng
Tidak seperti rumah saat ini di mana ruang keluarga terletak di dalam rumah, ruang keluarga di rumah Kebaya berada di luar rumah. Bagian ini biasa disebut Pangkeng.
Kamar tidur
Rumah Kebaya tentunya juga memiliki kamar tidur seperti rumah pada umumnya. Jumlah ruang tergantung pada ukuran rumah. Namun biasanya ada empat kamar. Pemilik rumah akan menempati kamar terbesar.
Srondoyan
Srondoyan juga bisa disebut dapur. Srondoyan ada di belakang dan menjadi satu dengan ruang makan. Seperti pada umumnya, ruangan ini digunakan untuk pengolahan makanan.
Makam
Ya, Anda tidak salah baca. Dalam budaya Betawi, sangat biasa untuk membuat area pemakaman di sebelah rumah. Hal ini dilakukan agar keluarga yang masih hidup selalu ingat bahwa suatu hari nanti akan ada kematian. Bahkan kerabat yang tinggal di rumah tidak perlu melakukan perjalanan jarak jauh untuk berziarah. Tetapi karena bumi menjadi semakin terbatas, budaya ini menjadi semakin ditinggalkan.
Kunjungi Rumah Kebaya di Setu Babakan
Meskipun rumah Kebaya sudah sangat sulit ditemukan, ini tidak berarti bahwa kita tidak dapat lagi melihat rumah adat Betawi yang karakteristik suku Betawi. Tradisi dan adat Betawi masih dapat ditemukan sampai sekarang. Kita bisa menemukannya di daerah Setu Babakan, Jagakarsa, di Jakarta Selatan.
Berbagai jenis hal yang berkaitan dengan budaya Betawi bisa ditemukan di daerah Setu Babakan. Tempat ini digunakan sebagai cagar budaya, sehingga kita masih bisa menemukan beberapa rumah adat Betawi yang masih terawat dengan baik. Kantor manajemen juga menggunakan desain dengan bentuk rumah Kebaya.
Nah, bagi Anda yang merindukan rumah khas Betawi, Anda bisa langsung mengunjungi Setu Babakan. Atau, jika Anda hanya ingin melihatnya di layar, Anda dapat menonton serial Si Doel Anak Betawi, yang memiliki latar belakang Jakarta yang sangat tua.
Rumah Joglo Betawi
Rumah adat Betawi yang selanjutnya adalah rumah joglo Betawi. Bentuk bangunannya hampir sama dengan rumah tradisional Jawa, terutama di atapnya. Perbedaannya adalah tidak adanya dukungan atau tiang penyangga seperti rumah joglo Jawa Tengah atau Yogyakarta. Rumah Joglo Betawi menggunakan struktur kuda-kuda yang biasa kita lihat.
Berbentuk bujur sangkar, rumah tradisional ini terbagi menjadi tiga kamar, yaitu kamar depan, tengah dan belakang. Biasanya rumah jenis ini milik bangsawan atau priyayi.
Ruang depan atau teras depan biasanya digunakan untuk menerima tamu, sedangkan ruang tamu digunakan untuk berkumpul bersama keluarga, sebagai ruang makan dan kamar tidur. Sedangkan ruang belakang digunakan sebagai dapur dan kamar mandi.
Rumah gudang
Rumah adat Betawi ini biasanya ditemukan di daerah terpencil dengan bangunan berbentuk persegi panjang dengan ukuran yang cukup bervariasi. Rumah ini terinspirasi oleh beberapa bangunan di gudang Portugis, hanya atapnya yang berbentuk pelana kuda atau perisai dengan struktur rangka khas Betawi. Jika menggunakan bentuk perisai yang ditambahkan ke elemen tertentu disebut “jure”.
Sementara di bagian depan rumah itu dilengkapi dengan atap miring yang dikenal sebagai markis atau topi. Fungsinya adalah penghalang sinar matahari dan air hujan.
Rumah ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian depas yang biasanya digunakan untuk menerima tamu dan bagian tengah yang digunakan untuk berkumpul bersama keluarga. Biasanya bagian belakang disatukan dari tengah.
Rumah Panggung Betawi
Seperti namanya, rumah adat Betawi ini memiliki bentuk konstruksi seperti rumah panggung dengan tiang kayu sebagai penopangnya. Jenis rumah adat ini bisa kita temukan terutama di daerah pantai atau di cekungan sungai.
Bentuk panggung disesuaikan dengan lingkungan sedemikian rupa untuk menghindari ari yang meluap dari sungai dan laut atau melindungi diri dari hewan liar. Konsep rumah panggung dianggap sebagai cara paling aman untuk berurusan dengan lingkungan alam sekitarnya.
Tangga penghubung yang menghubungkan bangunan utama dengan area luar dikenal sebagai “balak suji” yang memiliki arti penghalang datangnya bencana di rumah dan sarana pemurnian sebelum memasuki rumah.
Proses membangun panggung Betawi dimulai dengan pemilihan tempat yang tepat, yang dekat atau mengarah ke sumber air mengalir. Langkah selanjutnya adalah mengeraskan tanah dan membangun kerangka rumah yang terdiri dari 20 tiang penyangga.
Struktur pondasi Rumah Panggung Betawi menggunakan alas berupa umpak dengan struktur batu persegi 20 × 25 cm. Umpak digunakan sebagai dasar untuk tiang kayu yang bertindak sebagai penghalang berat. Adanya umpak membuat tiang penyangga tidak bisa dengan mudah masuk ke tanah. Biasanya kayu yang digunakan untuk membuat tiang berasal dari jati, nangka, rambutan dan kecapi.
Lantai dasar rumah menggunakan bahan bambu yang sejajar, sedangkan dinding rumah terbuat dari papan kayu yang sejajar tanpa jarak. Untuk plafon rumah menggunakan anyaman bambu dan genteng merah sebagai atap.
Pintu dipasang di sisi kanan atau kiri untuk menghindari hembusan angin sehingga tidak langsung masuk ke seluruh ruangan. Ini juga bertujuan untuk membuat tempat tidur dan dapur tidak terlihat oleh orang lain.
Demikian pembahasan dari kami tentang rumah adat Betawi untuk anda. Sebelum kami ahiri, kami juga telah membahas tentang rumah adat lainnya untuk anda. Sekian dan terimakasih.