Penulis : Minakhul Wafiroh
“pokoknya saya mau tpu ini sudah harus rata dengan tanah hari ini juga, nanti sore jam 4 saya cek lagi kesini!” perintah sang kontraktor kepada anak buahnya di sebuah tempat pemakaman umum. TPU itu hanyalah TPU kecil di tengah kota, yang berisisekitar belasan makam.
Sang pemilik proyek ingin menjadikan TPU itu sebagai lahan untuk membuat mall. Makam – makam disana juga tidak jelas siapa ahli keluarganya. Jadi, tidak ada yang demo ataupun protes dengan adanya proyek tersebut.
“siap pak” jawab para buruh pekerja proyek.
Mereka yang hanya seorang buruh tentu saja hanya bisa mengiyakan perintah sang pemimpin proyek. Dan mereka pun mulai membongkar makam-makam yang ada untuk dipindahkan ke tempat pemakaman yang baru, di daerah lain.
Kondisi para jenazah yang akan dipindah tentu saja sudah sangat buruk, kain kafan mereka sudah sangat coklat, sudah rusak, sobek dan banyak lubang. Namun, dari semua itu ada hal yang sangat mengejutkan. Dari semua makam yang dibongkar ada satu makam yang aneh sekali.
Jenazah di dalamnya dalam keadaan yang sangat mustahil dan di luar akal manusia. Jenazahnya masih utuh, kain kafannya masih putih bersih, tanpa rusak atau sobek, makamnya juga masih wangi seperti baru dikuburkan kemarin. Sungguh luar biasa makam ini.
Para buruh pun tercengang dan sampai meneteskan air mata melihatnya. Semua orang tahu kalau makam-makam di TPU tersebut sudah sangat lama. Sudah bertahun-tahun lalu. Tidak mungkin ada jenazah yang baru saja dimakamkan disini.
Dilihat dari batu nisannya, semuanya telah dikuburkan lebih dari sepuluh tahun, bahkan ada juga yang sudah tidak nampak jelas tulisannya. Namun dari batu nisan milik jenazah yang mengejutkan tadi tertera nama
Nadin Wilhemina dan ia dikuburkan 11 tahun yang lalu.
*****
Karina, seorang ibu rumah tangga di perkampungan kecil yang jauh dari perkotaan, sangat sedih belakangan ini setelah membaca diary milik sahabatnya. Dia sangat rindu dengan sahabatnya Nadin. Mereka sahabat yang sangat dekat sejak remaja. Mereka mengalami berbagai masalah hidup dan menghadapi segalanya bersama sejak dulu.
Dia masih ingat masa-masa remaja yang sangat kelam, kehidupan yang sangat buruk, dan sangat kejam. Dia melalui masa kelamnya bagai hidup dan mati. Mengingat hal itu membuat air matanya meleleh, membasahi wajahnya yang cantik. Namun, ia sangat bersyukur saat ini. Ia memiliki keluarga kecil yang bahagia. Ia kini bersama suami dan
dua anak yang sangat ia cintai.
Keluarga ini adalah harta paling berharga miliknya yang akan selalu ia jaga. Sejujurnya, ia adalah perempuan yang sangat beruntung dapat bertemu dengan Ardi. Lelaki baik yang mampu membebaskan ia dari kejam kehidupannya di masa lalu.
Karin dan Nadin adalah seorang pelacur atau PSK di masa lalu. Mereka melalukan pekerjaan yang sangat buruk itu selama bertahun-tahun. Mereka mulai masuk ke lembah prostitusi sejak mereka memasuki usia remaja. Nadin berasal dari keluarga yang cukup kaya dan terpandang.
Ketika ia remaja, ia terbiasa untuk bersenang-senang dan berfoya-foya menghabiskan uang orang tuanya. Ia pergi ke club malam dan terbiasa dengan rokok alcohol narkoba dan sejenisnya. Kehidupan seperti itu membuatnya tenggelam semakin dalam ke dunia malam. Ia mulai terbawa arus teman- teman yang buruk, ia terbawa arus pergaulan bebas. Dan semakin lama ia masuk ke dunia prostitusi.
Ia anak remaja yang sangat labil saat itu, ia sangat mudah dipengaruhi oleh hal-hal buruk. Setelah lama ia masuk ke dunia tersebut, ia merasa seperti terjebak di dalamnya. Ia menjadi ketergantungan rokok narkoba alcohol dan barang haram sejenisnya. Ia seperti tidak bisa hidup tanpa mengonsumsi barang itu.
Nadin berasal dari keluarga yang sangat sibuk. Kedua orang tuanya bekerja tiap hari dari pagi sampai larut malam. Orang tua Nadin selalu memberi apapun yang Nadin. Mereka memang selalu memberi uang dan harta yang banyak kepadanya. Namun, tidak pernah memberi kasih sayang dan kehangatan keluarga. Mereka juga tidak memberi
pendidikan akhlak maupun pengawasan.
Mereka tidak tahu apa yang Nadin perbuat dan lakukan karena mereka terlalu sibuk bekerja tanpa pernah memperhatikan perkembangan dan kehidupan yang Nadin jalani. Karena tidak mendapat kasih sayang dari kedua orang tuanya, Nadin ahirnya mulai mencari segala sesuatu yang dapat menghibur dirinya, sesuatu yang dapat menghilangkan segala beban dan stress yang ia tanggung. Ia pun mulai masuk ke dunia kelam tadi.
Hanya selang beberapa bulan setelah Nadin memasuki dunia yang kelam itu, berbagai masalah mulai muncul. Bisnis dan pekerjaan yang dilakukan kedua orangtuanya tiba-tiba saja collapse dan bangkrut. Hal ini membuat kehidupan keluarga Nadin berantakan.
Mereka harus pontang-panting dalam kesusahan. Kedua orang tua Nadin juga selalu saja bertengkar setiap hari. Mereka terbiasa berteriak-teriak di rumah dan saling menyalahkan keadaan satu sama lain. Hal itu mengakibatkan keretakan dalam kehidupan rumah tangga mereka. Akhirnya mereka pun bercerai dan hal itu membuat Nadin sangat sedih dan terpukul. Ia seperti tidak kuat menerima segala kenyataan ini.
Ia memutuskan untuk kabur dari rumah dan tak tahu kemana ia akan pergi. Ia ingin pergi dengan bebas dan melupakan segala masalah yang menimpanya. Setelah kabur dari rumah ia berusaha untuk hidup sendiri tanpa memikirkan permasalahan yang sedang menimpa keluarganya. Ia juga memutus kontak dengan kedua orang tuanya. Ia merasa orang tuanya tidaklah penting baginya, mereka bukan orang tua tapi hanya sekedar mesin uang.
Ia tak mendapat kasih sayang atau apapun selain uang dari mereka. Maka ia pergi untuk hidup dengan dirinya sendiri. Ia mencoba mencari pekerjaan ke berbagai tempat dan berhenti sekolah.
Namun hasilnya nihil, tak ada tempat manapun yang mau menerima pegawai seorang pelajar 16 tahun yang tak tamat sekolah juga, tak punya kemampuan atau pengalaman kerja apapun. Mau tak mau ia kembali ke dunia prostitusi. Ia ingin mendapat uang bagaimanapun caranya.
Apalagi setelah ia kecanduan barang-barang haram, ia mengalami kesakitan luar biasa jika tidak menggunakannya. Tanpa pikir panjang, ia justru tenggelam semakin dalam ke dunia itu dan menjadi pelacur demi mendapat uang secara singkat dan mudah. Ia menjajakan dirinya dan menjadi wanita rendahan tanpa memikir akibat yang akan ia terima.
Di dunia malam itu ia bertemu dengan Karina. Karina adalah anak seorang buruh tani di desa terpencil di Maluku Utara. Karina sangat cantik, kulitnya coklat eksotis, hidungnya mancung, dan matanya besar. Keluarga Karina sangat miskin dan keadaannya sangat memprihatinkan. Tiap hari ayahnya bekerja keras menjadi buruh tani, ibunya menjadi
pemecah batu, dan mereka harus menghidupi enam anaknya yang masih kecil-kecil.
Penghasilan mereka juga tentunya tidak pernah mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari, sehingga walaupun merak bekerja keras tiap waktu, mereka tetap harus meminjam ke beberapa tetangga. Karina adalah anak tertua di keluarga itu, ia hanya sekolah sampai SD dan tidak melanjutkan pendidikannya selama bertahun-tahun hingga ia
berumur 19 tahun ini.
Ia membantu orang tuanya tiap hari dengan membantu mengurus adik-adiknya dan melakukan pekerjaan rumah tangga. Melihat kondisi keluarganya yang seperti ini Karina, yang telah lama hanya bergantung pada orang tuanya, berfikir untuk ikut bekerja agar bisa membantu ekonomi keluarganya.
Suatu saat, ada orang dari Jakarta yang memberi pengumuman kepada warga di kampung Karina tinggal. Ia
membuka lowongan pekerjaan di Jakarta dengan gaji besar dan menggiurkan. Pekerjaannya juga mudah katanya, tidak perlu keahlian khusus. Karina, remaja yang sangat polos yang sedang mengalami kesusahan financial di keluarganya berniat untuk megikuti pekerjaan yang belum jelas itu.
Ia hanya berfikir untuk membantu menghidupi keluarganya tanpa tahu kira-kira pekerjaan apa yang akan ia lakukan. Selang seminggu saja, ia akhirnya berangkat ke Jakarta. Kota dengan segala kemewahan, keindahan, dan segalanya yang menggiurkan. Namun, bagi mereka yang tak tahu, Jakarta juga penuh dengan kekejaman, kemiskinan, dan segala permasalahan yang menyelimutinya.
Karina sangat terkejut dengan segalnya yang ada di Jakarta. Namun, yang lebih mengejutkannya adalah pekerjaan yang harus ia jalani. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa pekerjaannya adalah sebagai PSK. Ia sangat malu kepada dirinya sendiri betapa bodohnya ia mau menerima pekerjaan yang ia sama sekali tak pernah ia pikirkan.
Namun mau bagaimana lagi, ia sudah seperti tahanan disini. Jika ia kabur ia pasti akan dikejar oleh si mucikari dan akan disiksa tentunya. Bagai buah simalakama, akhirnya ia hanya bisa pasrah dan menerima yang terjadi padanya. Ia ingin sekali kembali ke kampung dan membantu orang tuanya dengan benar.
Namun, akhirnya ia melakukan ini semua dengan sangat terpaksa demi keluarga yang amat ia cintai di kampung. Ia tidak tega mengingat keadaan orang tua dan adik-adiknya yang terus saja berada dalam belenggu kemiskinan. Maka, sejak hari itu ia bertekad untuk mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya, lalu ia akan segera kembali ke keluarganya dan membuka bisnis dan meninggalkan pekerjaan kotor ini.
Di kota ini Karina bertemu dengan Nadin. Mereka bisa akrab satu sama lain dalam waktu sangat singkat. Merasa senasib dan punya masalah yang besar justru membuat mereka akrab. Mereka terjebak dalam dunia kelam yang sama. Dan sebenarnya dalam hati kecil mereka berdua, ada satu rasa bersalah dan rasa tak nyaman dengan apa
yang mereka jalani.
Mereka tak ingin ada di situasi yang seperti ini tapi keadaan seakan memaksa mereka harus begini. Sejak mereka bersama, mereka jadi semakin akrab dan menjadi sahabat karib. Mereka bertekad untuk saling mendukung satu sama lain dan berusaha bersama agar secepatnya bisa keluar dari lembah kelam itu. Hari demi hari mereka lewati dengan saling bertukar cerita dan saling memahami satu sama lain.
Mereka juga belajar untuk memahami situasi dan latar belakang masing-masing dan mencari solusi bersama untuk masalah-masalah yang mereka hadapi. Karina membantu Nadin terbebas dari narkoba dan barang-barang haram lain sedikit demi sedikit. Ia juga terus mengajak Nadin untuk bisa memperbaiki hubungan dengan keluarganya.
Maka lama-kelamaan Nadin bisa bebas dari narkoba dan sejenisnya. Sedangkan Nadin membantu Karina dengan mengajarinya berbagai ilmu yang ia dapat di SMP agar Karina dapat bertambah pengetahuanya dan tidak mudah tertipu lagi. Ia juga menyisihkan sebagian uangnya agar kelak bisa membantu Karina memperbaiki perekonomian keluarganya. Mereka saling bahu membahu agar dapat segera bangkit dari keterpurukan masing-masing dan mempersiapkan masa depan yang lebih baik lagi.
Setelah beberapa bulan bersama, hubungan Nadin dan Karina semakin lengket saja. Mereka memiliki perasan yang sangat kuat satu sama lain layaknya saudara kandung. Namun, kenyataan pahit harus dihadapi Karina. Baru beberapa bulan ia mengenal Nadin, sahabat karibnya itu harus pergi meninggalkan dia untuk selama-lamanya.
Sungguh kenyataan yang sangat sulit diterima olehnya. Pikirannya kalut dan jiwanya terguncang. Sahabat yang sangat ia sayangi dan telah ia anggap saudara sendiri itu meninggal dunia di usia yang masih cukup muda. Ia seakan kehilangan dirinya yang lain. Ia sangat bingung kala itu waktu melihat sahabatnya di kamar cukup lama. Biasanya Nadin keluar kamar waktu subuh atau pagi buta untuk membersihkan kosan mereka ataupun memasak.
Namun, aneh sekali hari ini ketika dia tidak keluar kamar sampai jam 10an. Karena khawatir, Karina pun masuk ke kamar Nadin untuk mengecek keadaannya. Betapa terkejut dirinya melihat sahabatnya itu sedang mengenakan
mukena dan dalam posisi sujud yang cukup lama. Ia menunggu agak lama, tapi Nadin tak juga bangkit dari sujudnya.
Karina pun mendekati Nadin dan mengguncangkan badan Nadin. Setelah ia balik badan sahabatnya itu, ia menangis tersedu-sedu dan sangat terharu melihat bagaimana sahabatnya itu mengakhiri hidupnya. Ia sedang
dalam sujud menyembah Sang Maha Kuasa dan wajahnya tersenyum menyiratkan kebahagiaan yang sangat besar.
Sebenarnya Karina tidak begitu tahu tentang agama dan bagaimana caranya merawat jenazah dan lainnya. Maka ia meminta bantuan warga sekitar untuk membantunya. Namun, tak ada seorang warga pun yang mau membantunya. Mereka menilai Nadin sebagai wanita malam dan pelacur yang tentu saja penuh dengan dosa.
Mereka beralasan tidak mau merawat jenazahnya agar tidak terkena sial, sibuk, tidak bisa, dan berbagai alas an lain. Karena terdesak akhirnya Karina merawat jenazah sahabatnya itu sendiri. Ia mencari berbagai informasi dari internet tentang cara merawat jenazah.
Dengan kemampuan sendiri ia memandikan, mengkafani, dan menyolatkan jenazah
sahabatnya. Ia juga menyewa orang untuk menggali kuburan dan memakamkan jenazah Nadin. Ia mendoakan sahabatnya sekedarnya, ia tidak tahu banyak doa-doa bahasa arab. Ia berdoa sebisanya tapi dia yakin Nadin akan diberikan tempat kembali yang paling baik dan paling indah di sisi-Nya.
Kematian Nadin membuat dirinya sangat terpukul hingga beberapa minggu. Dia hanya mengurung diri di kamar dan mencari segala informasi mengenai Nadin. Ia berharap bisa menghubungi keluarga atau siapapun dari keluarga Nadin, hasilnya nihil. Nadin tak meninggalkan catatan nomor yang bisa dihubungi atau alamat yang bisa dituju. Satu
yang ia temukan di kamar Nadin adalah sebuah buku diary. Karina membaca diary itu lembar demi lembar dengan sangat teliti dan ia hayati.
Dari diary itu ia tahu bahwa ternyata selama beberapa bulan ini Nadin telah berhenti dari dunia prostitusi dan obat-
obatan terlarang. Hampir 2 bulan ini, Nadin telah belajar mendalami agama islam dengan serius. Memang ia selalu keluar malam dan pergi hampir bersamaan dengan Karina. Akan tetapi,Nadin tidak pernah lagi pergi ke tempat prostitusi lagi.
Ia ke tempat anak-anak terlantar dan berbagi apa yang ia bisa bagi. Ilmu, makanan, buku, atau apapun yang ia punya. Setelah itu, ia pergi ke salah satu ustaz untuk belajar Islam dengan baik. Ia ingin bertaubat dan memperbaiki diri. Semua itu ia lakukan dengan hati yang tulus, ikhlas, dan penuh keyakinan bahwa Allah akan memaafkan segala
kesalahan yang ia buat. Ia yakin Allah akan memaafkan kesalahan hamba-Nya memang benar-benar mau bertaubat, mau berubah lebih baik, dan mau berhijrah ke jalan yang Allah ridhai.
Setelah ia baca semua catatan sahabatnya itu, ia sangat terharu, hatinya terenyuh dengan apa yang baru saja ia baca. Di halaman terakhir dari diarynya, Nadin menuliskan sebuah harapan dan cita-cita yang ingin ia capai. Di cita-cita terakhir, Nadin menuliskan pesan khusus untuk sahabatnya tercinta, Karina.
Nadin berharap besar agar Karina bisa segera bertaubat dan mendapat hidayah dari Allah. Ia juga akan memberitahukan segalanya kepada Karina hari tersebut, hari ketika ia meninggal. Pesan Nadin tersebut sangat menggetarkan hati Karina dari lubuk hati yang paling dalam. Dengan segera, Karina pun memutuskan untuk mengikuti jejak sahabat yang telah mendahuluinya itu.
Ia akan berhijrah dan kembali ke jalan baru yang Allah ridhai. Ia akan meninggalkan dunia kelam yang selama ini menjebaknya. Ia tidak peduli bagaimana caranya, tapi ia yakin dengan tekad yang kuat Allah akan membantunya
keluar dari sana. Tak pernah disangka dan diduga oleh Karina, hanya dalam dua hari setelah ia memutuskan untuk berhijrah, pertolongan Allah akhirnya datang.
Ia bertemu dengan Ardi, sosok lelaki baik, sangat baik, yang dengan lapang dada dan ikhlas hati mau menerima segala kekurangan Karina. Entah dengan keyakinan darimana ia begitu mantap untuk menikahi Karina. Karina sama sekali tak menyangka akan kejadian yang baru saja menimpanya dan berkah yang baru saja menghampirinya. Ia mengenal Ardi hanya sebatas tetangga kos yang juga jarang berkomunikasi.
Ardi adalah laki-laki pekerja lepas yang berpenghasilan pas-pasan. Namun, ia sangat rajin beribadah dan baik dengan orang lain. Bagi Karina hal itu sudah sangat cukup untuk dirinya yang begitu kotor. Sementara Ardi menilai Karina orang yang baik dari tingkah lakunya sehari-hari.
Ia sebenarnya tidak tahu apa pekerjaan Karina, tetapi ia sangat mantap menikahi Karina dan ingin membangun keluarga yang diridhai Allah. Ardi mengajak Karina untuk menikah, dan Karina pun menceritakan segalanya kepada Ardi, termasuk latar belakangnya, sahabatnya, dan tentang niatnya untuk sungguh-sungguh bertaubat kepada Allah. Mendengar cerita Karina, Ardi sangatlah terkejut, tapi ia mampu menerima segala kekurangan Karina dan mau membantu Karina untuk memperbaiki diri.
Akhirnya, dengan segala kemantapan hati, keduanya menikah. Mereka hidup dengan bahagia dan hidup dengan sejahtera. Perlahan mereka memulai bisnis dan mengembangkan usaha. Beberapa tahun kemudian, mereka bisa membantu kehidupan orang tua mereka di kampung dan hidup berkecukupan. Mereka pindah ke desa kecil di
pinggiran kota untuk menghilangkan kenangan buruk Karina selama di Jakarta.
Mereka mencari kenyamanan dan kedamaian di pinggiran kota ini, berusaha melupakan kejadian kelam yang menimpa Karina. Suatu hari, tanpa sengaja Karina melihat sebuah diary di atas almari yang sudah
berdebu. Diary itu sudah berada di atas almari itu selama lebih dari sepuluh tahun.
Namun masih awet walaupun kusam di tiap lembar halamannya. Diary itu ternyata milik sahabatnya dulu,Nadin. Ia membaca diary itu dan kenangan tentang Nadin muncul kembali dalam ingatannya. Ia menangis dan rindu dengan sahabatnya itu. Ia ingin sekali mengunjungi makam Nadin di tengah kota. Ia pun memutuskan untuk pergi ke makam sahabatnya itu dan mengajak keluarganya.
Karina sangat terkejut ketika sampai di makam Nadin, makam itu telah dibongkar dan dipindahkan ke TPU lain. Namun, ia lebih terkejut ketika ia tahu bahwa jenazah sahabatnya itu masih utuh dan kain kafannya masih putih bersih seperti saat ia menguburkan sahabatnya 11 tahun lalu.
Dari kejadian itu ia tahu orang yang baik, diridhai Allah, meninggal dalam keadaan khusnul khotimah, maka bumi pun akan menjaganya dan hewan pun tak mau memakan jasadnya. Bahkan kain kafannya pun tetap putih bersih dan wangi. Balasan orang seperti itu tak lain adalah surga. Semoga Allah senantiasa menjaga kita agar tetap di jalannya. Semua itu memotivasi Karina untuk lebih baik lagi ke depannya dan terus menjadi lebih baik.