Penulis : Mia Novita
Di kelas yang baru, berisi tiga puluh dua orang dan hanya sembilan orang wanita yang salah satunya adalah aku, seseorang memanggil nama ku yang kontan membuat ku menoleh kepada perkumpulan pemuda yang salah satu nya memanggil nama ku.
Rudi: “vi”
Vita: menoleh “iya”
Rudi: “aku boleh pinjam catatan matematika mu?”
Vita: “boleh, senin aku bawakan”
Rudi: “aku butuh buku itu hari minggu, kalo hari senin aku gak sempat belajar dong”.
Vita: ” kalo gitu ambil aja kerumah ku”
Rudi: ” rumah mu di mana? ” Baru saja aku mau menjawab pertanyaan Rudi teman ku yang bernama Agus
langsung nyeletuk menjawab pertanyaan dari Rudi ini
Agus: “itu loh, rumah nya di jalan inpres yang gubuk dan di depan nya itu kamar mandi tidak beratap.
tidak ada yang salah dengan kata-kata Agus tapi aku seperti tidak menerima kenapa penjabaran tempat tinggal ku harus seperti itu, Sedih jelas aku sedih dengan keadaan ini, rasanya aku ingin menangis tapi itu tidak mungkin ku lakukan menangis di depan teman satu kelas.
Vita: ”emm iya benar yang di katakan Agus, ambil saja kerumah ku yah!”
aku langsung berlari ke toilet untuk menutupi mata ku yang sudah berlinang. Jawaban Agus masih bergemah di telinga ku, apa aku tidak mensyukuri nikmat Nya atau memang Tuhan yang tidak adil pada hambaNya.
Setiap sebelum tidur aku selalu berdoa dan membayangkan kehidupan yang lebih layak dari ini, bermimpi dengan mata terbuka menjadi seorang cinderella, aku terus berkhayal setiap malam, berkhayal menjadi seorang cinderella namun aku sadar aku tidak punya ibu peri yang memiliki tongkat sihir, aku berpikir bahwa Tuhan tidak adil, di sisi lain seorang teman ku memiliki segalanya begitu terbalik dengan keadaan ku, kenapa Tuhan tidak adil padahal Tuhan itu maha adil.
Pagi hari nya saat di sekolah, Aku memperhatikan teman ku yg bernama Wulan, Tuhan benar-benar tidak adil, dia membeda-beda kan hamba nya, dia begitu baik pada Wulan tidak padaku, apa yang membuat Wulan lebih beruntung dari pada aku? iya Wulan memang berhijab suka puasa senin, kamis juga solat sunah , apa itu yang
membedakan aku dan Wulan, apakah karena itu Tuhan baik kepada Wulan? Apakah Tuhan menyayangi dan baik kepada Wulan karena Wulan mendekat kan diri pada Nya, aku juga ingin di sayangi Tuhan, aku juga ingin Tuhan baik kepada ku dan dekat kepada Nya.
Aku coba untuk mencontoh Wulan dan menerapkan nya dalam diri ku, mulai dari pakaian nya hinggah kebiasaan nya, Wulan berhijab apakah aku juga harus berhijab pikir ku, tapi aku tidak memiliki uang untuk membeli baju dan jilbab baru, mungkin aku memang belum di takdir kan untuk berhijab, tapi jika tidak sekarang kapan lagi aku akan merubah diriku, aku harus berusaha untuk secepat nya merubah diriku ke arah lebih baik. Setelah pulang sekolah aku katakan keinginan ku untuk berhijab kepada ibu ku.
Vita: “bu, vita ingin berhijab”
Ibu:”kamu sehat?”
Vita:”sehat lah bu, masa iya gila”
Ibu:”kamu sekolah di SMK kan bukan pndok pesantren ?”
Vita:”yah bukan lah bu, kalo di pondok mah , aku gak bisa berhadapan kayak gini sama ibu”
Ibu:” kalo gitu ngapain berhijab , kamu baru sekolah tiga bulan yang lalu jika kamu berhijab ibu harus belikan pakaian baru lagi untuk mu, kamu pikir ibu punya uang?”
Vita:”yah kan rizki itu dari Tuhan bu”
Ibu:”yah sudah, rizki dari Tuhan kan, kmu cari rizki mu sendiri untuk membeli pakaian baru”
Vita: “baik lah”
Aku segera masuk kamar dan memecahkan celengan ku, aku tau isi nya tidak seberapa tapi kan lumayan untuk menambah-nambah, aku harus punya penghasilan tapi aku sekolah dari jam 07.00 -16.00 bagaimana aku bisa bekerja, lagi pula jika aku mengumpulkan uang terlebih dahulu baru berhijab itu akan memakan waktu yang sangat lama, lalu aku harus bagaimana? Aku ingat kenapa aku tidak pinjam uang pada teman-teman, huuuu aku memang cewek genius.
Aku sebenarnya tidak yakin jika mereka akan meminjamkan uang kepada ku karena aku juga tidak tahu mereka punya uang atau tidak tapi yah sudah lah tidak ada salahnya untuk mencoba, mereka kan orang berada yang berbeda tiga ratus enam puluh derajat dari ku, uang jajan mereka satu hari saja sama dengan uang jajan ku satu
minggu.
Saat pagi-pagi di sekolah aku sudah merancang kata-kata manis yang bisa menghipnotis mereka agar mereka bersedia meminjam kan uang mereka kepada ku, baru lima menit aku berkutat dengan otak ku yang kadang cerdas dan kadang lemot ini mereka sudah berada di hadapan ku, ini saatnya aku beraksi dengan kata-kata manis
yang belum terangkai dengan sempurna.
Vita: “ ehem-ehem.. hai guys…, aku pengen ngomong sesuatu nih, hehehe tapi jangan ada yang terkejut yah…!”
Tira:” yak ela kayak lagi rapat aja kamu, kalo mau ngmong yah ngomong aja langsung ribet amat”
Marti:” mau ngmong apaan sih?”
Via: “kamu mau pindah sekolah atau mau nikah?”
Vita:” ih si via pertanyaan nya serem uy, aku nih mau berinvestasi buat masa depan yang lebih baik, jadi karena investasi menggunakan uang dan yah seperti yang kalian tau aku kan nggak berteman tuh sama yang namanya uang jadi aku mau pinjam duit kalian aku balikin secepatnya deh, aku janji kok”
Via:”investasi apaan, emang gondo ulang tahun?, perasaan tuh anak desember deh masih dua bulan lagi yah”
Vita:” enggak bukan masalah gondo pokok nya aku ada perlu aja duit nya, bantuin lah temen mu ini yah”
Marti:”kamu beneran gak mau ngasih tau duit nya buat apaan?”
Vita:”enggak, ntar kalian tau dengan sendirinya kok”
Tira:”butuh berapa duit bu?”
Vita:”sebanyak nya, emmm satu juta deh tapi cukup gak yah satu juta kurang deh kek nya dua juta deh eh nggak deh satu juta aja gakpapa”
Marti:”boleh gak besok aku ngasih duit nya ke kamu?”
Vita:”boleh kok, lusa juga gakpapa”
Marti:”bagus deh soalnya kita bertiga mau bobol ATM dulu, kamu kalo ngomong sesukanya aja, kamu pikir kita punya uang sebanyak itu”
Vita:”yah udah deh seadanya aja”
Marti:”nih tiga ratus ribu kita bertiga jadi satu anak seratus ribu, ini uang jajan kita hari ini dan yah ini artinya kita harus ngutang di kantin, gak usah cepat2 balikin nya kalo udah ada aja baru balikin”
Vita:”makasih kalian benar-benar teman terbaik, dah bye-bye aku pergi dulu”
Via:”woy asem di kasih duit maen pergi aja”
Sepulang sekolah aku segera bergegas ke pasar untuk beli baju baru aku akan segera berhijab, tapi duitnya Cuma cukup beli baju sekolah, gak masalah aku beli buat baju sekolah aja dulu, ntar kalo udah punya duit lagi aku beli baju buat maen, setelah mendapatkan apa yang menjadi tujuan ku aku berjalan-jalan sebentar aku lihat penjual sayuran yang berada di pinggir jalan , mereka menjual sayur, daun pisang dan kerupuk , aku mendekati satu penjual yang menarik perhatian ku,
Vita:”bu, ibu jual kerupuknya berapa?”
Ibu:”seribu dek, adek mau?”
Vita:”boleh bu dua yah, bu kalo seandainya saya jual kan kerupuk ibu di sekolah saya apa saya bisa dapat komisi dari ibu untuk hasil penjualan saya?”
Ibu:”bisa dek, adek mau jual kan? Saya hargakan delapan ratus rupiah satu nya kalo adek mau jual kan jadi dua ratus rupiah nya itu untuk adek , bagaimana dek?”
Vita :”boleh deh bu, apa aku bawa sekarang yah kerupuk nya?”
Ibu(sayur):”tapi ibu minta DP yah dek takut nya adek menghilang”
Vita :” baik bu tapi saya tidak punya uang bu”
Ibu(sayur):”yah sudah kalo begitu apa aj deh dek walaupun bukan uang ”
Vita :”emmm apa yah bu, kartu pelajar aja yah bu, kalo dalam tiga hari saya nggak balik kesini ibu bisa datang ke sekolah saya , gimana bu?”
Ibu(sayur):”yah udah sini kartu pelajarnya”
Vita : “ beneran nih bu? Wah makasih banyak yah bu”
Ibu(sayur): “ iya bener kok dek, bawak aja dulu”
Vita :”yah sudah kalo gitu saya permisi dulu yah bu”
Setelah bernegosiasi dengan ibu itu aku segera pulang kerumah untuk menyiapkan pakain perubahan ku besok, Bismillah Berhijab, hari pertama ku berhijab banyak mata yang tertuju padaku termasuk pacar ku sendiri dan yang pasti teman-teman ku juga langsung menghampiri ku, aku bingung melihat tatapan mereka bingung dengan arti dari tatapan teman-teman ku mereka suka atau tidak dengan perubahan ku tidak ada yang mau bicara dengan ku
kenapa ini, apa mereka benar-benar tidak suka dengan perubahan ku tapi aku kan berubah ke arah yang lebih baik.
Sampai Marti bicara padaku “ kita sepertinya lebih bahagia tanpa perubahan mu” , sangat menyakitkan perkataan marti itu dan aku menjawab dengan berani “sepertinya aku lebih menyukai perubahan ku” kata ku lantang
pada mereka,”aku hanya berhijab itu tidak akan mempengaruhi pertemanan kita”
aku tidak tahu bagaimana perasaan mereka tapi menurut ku ini adalah yang terbaik untuk ku, mereka hanya menjadi pendengar yang baik aku berlalu dari mereka dan aku mulai berjualan kerupuk di sekolah ku untuk membayar hutang teman-teman ku.
Marti:”ini apalagi sih vi…! Duit yang kemaren kurang hah?”
Vita:”nggak kurang kok tapi aku kan mau bayar duit kalian jadi aku harus ngmpulin duit”
Tira:”udah nggak usah di bayar kita iklas kok, dari pada liat kamu kek gini kita merasa tidak punya peri pertemanan”
Vita:”aku nggak bisa karena aku juga harus mengganti semua pakaian ku jadi aku masih butuh banyak uang”
Marti:”terserah deh, pusing aku”
Alhamdulillah kerupuknya habis ini artinya aku harus kepasar dulu sebelum kerumah untuk memberikan uang ibu penjual sayur itu, saat aku sedang nunggu angkutan umum Gondo, teman-teman ku beserta pacarnya menghampiri ku sudah susah payah aku menghindari Gondo hari ini tapi masih saja harus bertemu.
Gondo:”yuuk, kita ke tempat biasa”
Vita:”umm, aku gak bisa, aku harus ke pasar dulu dan aku ada pengajian malam ini, tidak enak jika aku tidak datang karena aku sudah janji untuk datang”
Gondo:”yah sudah , aku antar kau pulang kita tidak perlu ikut mereka jika kau tidak bisa”
Marti:”vi..! aku sudah muak dengan mu hari ini, jika kau mau kembali ke vita yang dulu kembalilah jadi teman kami tapi jika tidak anggap kita tidak pernah berteman mulai dari sekarang”
marti langsung pergi bersama yang lain, sebelum aku menjawab apapun, aku akhirnya di antar pulang oleh Gondo, aku tidak bicara apapun pada Gondo aku benar-benar sedih dengan ini semua, aku tidak ingin kehilangan teman ku, aku menyayangi mereka seperti saudara sendiri, di jalan akhirnya Gondo membuka suara setelah diam beberapa
waktu.
Gondo:”aku selalu mendukung apapun yang kamu lakukan vi, aku akan selalu berada di sisi mu vi”
Vita:”terimahkasih, tapi mungkin beberapa minggu kedepan kau juga akan meninggalkan ku atau aku yang akan meninggalkan mu”
Satu bulan kemudian setelah semua tragedi itu dan aku yang hanya sendiri di sekolah karena teman-teman ku benar- benar menjauhi ku, aku selalu menghabiskan waktu ku di perpustakaan, saat aku membaca buku yang menjelaskan tentang ta’aruf aku baru ingat aku sudah berniat untuk memutusakan Gondo karena di dalam islam itu tidak ada yang namanya pacaran,ini hal terberat bagi ku apakah aku mampu melepas orang yang ku cintai , tapi aku yakin jika dia memang jodoh ku kita akan bersatu di kemudian hari, aku segera menghampiri Gondo dan mengatakan niatan ku.
Vita:”Gondo , kau kan tau jika aku telah berhijrah untuk itu aku mau kita putus karena di dalam islam itu tidak ada yang namanya pacaran, bukan kah dulu kau pernah bilang kau akan selalu mendukung ku”
Gondo:”aku sudah menebak itu, maka dari itu aku telah mengurus surat pindah ku dari sekolah ini, aku berjanji pada mu aku akan kembali untuk menjadikan mu cinderella ku vi, jaga kesehatan yah vi aku akan selalu menunggu mu vi kamu juga tunggu aku yah, bye vi”
aku hanya tersenyum mendengar itu aku sangat bahagia ternyata aku tidak pernah salah dalam menilai orang walaupun belum ada perubahan dari teman-teman ku.
*****
(Enam tahun kemudian)
Di sini aku sekarang menikmati sarapan seperti biasa di kantor ku ini, aku telah bekerja di sebuah perusahaan di usia ku yang baru dua puluh satu tahun yah walupun belum ada yang menarik perhatian ku, itu karena aku memegang janji Gondo sampai detik ini aku tetap menunggunya aku yakin dia akan kembali menepati janjinya, saat aku kembali keruangan ku ada sebuah mawar dan surat yang tidak tahu dari siapa di sana cuma ada tulisan ku tunggu di warung bakso ibu Sur jam dua siang dari pangeran mu, warung bakso ibu Sur itu tempat makan langanan ku dan Gondo, apa ini surat dari Gondo?
Setelalah menunggu sekitar satu jam tiba-tiba gubrakk seseorang memukul meja di depan ku, sukses membuat ku kaget.
Gondo: “woi cinderela melamun aja, ntar ke sambet loh”
Vita: “siapa yah, kamu Gondo?, kok berubah banget sih Gon..! siapa yang melamun?, aku cuma menikmati suasana dan yah jangan panggil aku cinderella”
Gondo: ” tambah ganteng yah..! kamu itu benar- benar seperti cinderela berhijab dunia nyata jadi aku akan tetap memanggil mu cinderela, coba kamu ingat keadaan mu yang dulu banding kan dengan yang sekarang, kamu yang dulu tinggal di gubuk sekarang punya rumah mewah, motor butut bapak mu berubah jadi mobil mewah, punya
pekerjaan di usia mudah itu sama seperti cerita cinderella, tapi kau adalah cinderella berhijab dunia nyata dan aku adalah pangerannya”
Vita:”apaan sih…! Oh yah kok kamu langsung tau kalo ini aku?, kita kan nggak pernah ketemu setelah enam tahun yang lalu”
Gondo:”aku itu selalu memantau kamu, aku gak benar-benar ninggalin kamu karena Cuma sekarang aku siap untuk memenuhi janji ku”
Vita:”terimahkasih udah memantau, menjaga dan bersedia menunggu ku bertahun-
tahun”.
Gondo: “terimahkasih juga karena kamu bersedia menunggu ku menepati janji vi, vi kau mau menikah dengan ku?”
Vita: ngangguk-ngangguk “ini pertanyaan paling bodoh, tentu aku mau aku sudah menuggu saat-saat ini bertahun-tahun Gondo, aku mau,aku mau menikah dengan mu”