Selama perkembangannya, alat musik tiup tradisional seperti seruling di masyarakat dengan cepat menarik lebih banyak perhatian dan memberikan respons positif. Tidak ada keraguan bahwa penyebaran dan pengembangan alat musik tradisional di zaman kuno telah begitu cepat.
Tapi tidak seperti hari ini, warisan budaya memudar. Sangat disesalkan bahwa masyarakat Indonesia tidak mengakui keberagaman yang ada di Indonesia. Sebagai bangsa yang baik, tentu saja kita harus tahu dan melestarikan keanekaragaman musik Indonesia. Jangan lupa bahkan di negara lain. Tidak ada sedikit kasus pengakuan budaya Indonesia di negara lain, ini terjadi karena melemahnya kebanggaan budaya.
Pada artikel ini akan disajikan berbagai instrumen tiup dari seluruh Indonesia. Kami berharap untuk lebih bangga dengan kekayaan Indonesia dalam artistik dan budaya. Selain alat musik tiup Indonesia juga kaya akan jenis alat musik lainnya dari berbagai pelosok daerah seperti alat musik ritmis. Karena banyaknya alat musik tiup tradisional, beberapa alat musik mungkin tidak disebutkan. Dalam artikel ini akan mengulas alat musik tiup tradisional. Berikut ulasannya.
Daftar Isi
7+ Macam Alat Musik Tiup Tradisional
1. Suling
Siapa yang tidak kenal dengan alat musik ini, suara yang dihasilkan oleh seruling atau suling sangat halus dan nyaman untuk didengar. Seruling ini juga sangat cocok untuk alat musik tradisional dan bahkan modern.
Suling terbuat dari bambu dengan lubang di dalamnya untuk menyesuaikan nada. Banyak variasi seruling yang dapat ditemukan di berbagai daerah. Di era modern saat ini, ada juga seruling yang tidak terbuat dari kayu.
2. Suling Paruh
Alat musik tiup bambu tradisional ini berasal dari wilayah Maluku. Seruling dari serangkaian bambu yang kedua ujungnya tersumbat dan salah satunya dipotong miring. Di tepi miring, ada juga yang diberi celah untuk ditiup. Setidaknya ada 6 warna di depan dan sebuah lubang di belakang.
Seruling, yang biasa digunakan untuk mengiringi musik Sawat, memiliki pola ritme yang sangat kompleks, tetapi tidak membedakan suara yang dihasilkan dari seruling pada umumnya. Catatan melodi musik Sawat, yang berisi berbagai ornamen, menunjukkan bahwa leluhur Maluku memiliki keadaan pikiran dan perilaku yang terbuka dan adaptif.
3. Serunai Banjar
Seperti namanya, alat musik ini sering dimainkan untuk mengiringi seni bela diri banjar atau sering disebut Bakutantau. Meskipun seni bela diri masih mudah ditemukan, mereka masih sering dipelajari sejauh ini, tetapi bunga banjar jarang ditemukan. Karena seni bela diri, seni bela diri sekarang jarang digunakan untuk pertunjukan, tetapi dalam kompetisi yang tidak memerlukan iringan musik. Perkembangan waktu juga mempengaruhi keberadaan alat musik ini. Generasi saat ini lebih memilih alat musik modern.
Alat musik tradisional dari Kalimantan Selatan ini memiliki bentuk terompet tetapi menampilkan ukiran lokal. Di mulut ledakan Banjar, ada dua buluh ganda yang membantu pemain ledakan Banjar untuk meniup langsung di bibirnya.
Alang-alang alat musik ini terbuat dari bahan yang sangat sederhana, yaitu daun kelapa kering yang diletakkan di tempat bertiup. Alat musik ini biasanya dimainkan dengan alat musik tradisional lainnya dalam seni bela diri dan seni lainnya.
4. Serangko
Serangko adalah alat musik tiup tradisional daerah Jambi yang terbuat dari tanduk binatang. Tanduk yang digunakan bukan tanduk apa pun, tanduk kerbau. Ukuran alat musik tiup ini memiliki panjang 1 hingga 1,5 meter, tidakkah Anda bayangkan berapa ukuran kerbau?
Pada zaman kuno, perangko digunakan dalam peperangan untuk memberi perintah dan perintah kepada pasukan, sehingga pemegang perangko biasanya adalah panglima perang. Namun akhirnya, Serangko digunakan untuk menyatukan komunitas untuk membuat pengumuman dan berdiskusi. Peran alat musik juga penting untuk memberikan informasi tentang keberadaan orang yang sudah mati, terkena dampak atau mencegah bencana alam.
5. Foy Doa dari Flores
Alat musik tiup Foy Doa berasal dari wilayah Flores. Karena tidak ada bukti sejarah, tidak diketahui sampai sekarang berapa usia alat musik Doa Foy. Bentuk alat musik tradisional ini menyerupai seruling bambu ganda padat yang dapat menampung hingga dua orang atau lebih.
Alat musik ini biasanya dimainkan oleh masyarakat lokal dalam permainan folkloric seperti Battengan dan lainnya. Permainan rakyat ini biasanya dimainkan pada malam hari dengan mengumpulkan dan membentuk lingkaran. Suara yang dapat dihasilkan oleh alat musik Foy dapat berupa tunggal atau ganda tergantung pada pemain. Cara memainkan alat musik ini setara dengan memainkan seruling. Foy Prayer biasanya digunakan untuk mengiringi puisi bertema kehidupan.
6. Alat Musik Tiup – Serdam
Serdam adalah bukti kekayaan instrumen angin tradisional lainnya di Indonesia. Bentuk Serdam hampir identik dengan seruling, sehingga sedikit orang berpikir bahwa Serdam seperti seruling.
Ternyata instrumen ini memiliki nada fundamental G = Do dan memiliki 5 lubang yang menghasilkan suara Do, Re, Mi, Fa dan Sol. Serdam umumnya digunakan untuk mengiringi solo / solois / penyanyi terkait dengan lagu yang dinyanyikan.
Suara yang dihasilkan oleh Serdam memiliki karakteristik sedih, seolah-olah para pemain Serdam merasakan kesedihan, bahkan mereka yang mendengarnya pun dapat merasakannya. Seolah-olah orang yang memainkan alat musik ini teralihkan dari cedera yang telah menimpa mereka.
Bulat bambu serdam dengan diameter 1 hingga 1,5 cm dan panjang 25 hingga 26 cm. Jarak dari setiap lubang Serdam adalah 2 cm dan jarak dari ujung Serdam ke lubang pertama adalah 4 cm. Alat musik Lampung ini memiliki lubang pengukur 4 mm. Jarak antara katup I dan katup II adalah sekitar 1,5 cm, sedangkan jarak antara kipas dan katup I adalah 4 cm.
7. Sunding Tongkeng
Tongkeng Sunding memiliki bentuk ruas bambu dengan diameter 30 cm. Salah satu jari dari bagian Tongkeng Sunding dibiarkan secara alami tanpa perubahan bentuk. Jumlah earphone untuk mengatur timbre pada instrumen ini adalah 6 buah.
Bagian dari lubang pukulan untuk Sunding Tongkeng agak bengkok. Karena cara meniup Sunding Tongkeng seperti seruling (kanan), beberapa orang menyebutnya sebagai seruling. Alat musik ini biasanya dimainkan pada malam hari saat Anda berurusan dengan ternak.
8. Suling Lembang dari Tana Toraja
Asal usul daerah yang menemukan alat musik tiup tradisional ini adalah Sulawesi Selatan dan khususnya daerah Tana Toraja. Berukuran panjang 40 hingga 100 cm, Lembang Suling adalah seruling terpanjang di wilayah Toraja. Tidak hanya di Toraja, bahkan dapat diklasifikasikan sebagai instrumen angin terpanjang di Indonesia.
Meski memiliki ukuran yang sangat panjang, ternyata instrumen ini memiliki diameter kecil, sehingga selalu nyaman untuk dipegang. Keunikan lain dari suling Lembang adalah penambahan tanduk perapian di bagian akhir, sehingga terlihat seperti terompet.
Lubang kontrol nada di Lembang Suling terdiri dari 6 buah. Alat musik ini biasanya dimainkan bersamaan dengan alat musik Deata Suling karena Suling Lembang memang kurang cocok untuk bermain solo. Suling Lembang digunakan untuk mengiringi lagu-lagu Toraja, terutama dalam nuansa kesedihan.
Kontribusi Suling Lembang akan sangat penting dalam kegiatan Tuka ‘Signs dan Aluk Rampe Matampu. Suling Lembang sangat berguna untuk mengiringi puisi dalam program tradisional.
9. Puwi-Puwi
Puwi-puwi atau sering disebut pulik-puik adalah alat musik berbentuk terompet dari Sulawesi Selatan. Bentuk alat musik ini juga sama dengan alat musik Indonesia (Sronen, Serunai dan Trumpet). Keberadaan puwi puwi tidak hanya tersebar luas di Sulawesi Selatan, bahkan di sebagian besar wilayah Indonesia.
Di Jawa, ada juga banyak alat musik tradisional seperti puwi-puwi. Namun keberadaannya sekarang sangat langka dan bahkan punah. Mungkin di beberapa daerah (Sulawesi Selatan) Anda dapat menemukan instrumen ini.
Berikut adalah daftar alat musik tiup tradisional yang dapat ditemukan di Indonesia. Tentu saja, dengan membaca artikel ini, selain menambah ide, juga harus bisa memicu sikap bangga tentang kekayaan Indonesia.